Bab 9. Suara Kehidupan

Andara tidak bisa memejamkan mata sejak tadi malam. Ia sama sekali belum tidur. Di kepalanya masih terbayang wajah K.O. sang dokter yang ia lumpuhkan tanpa sengaja. Ia juga teringat dengan wajah shock Shota. Andara benar-benar kehilangan seluruh harga dirinya di depan pria tampan itu.

Tarikan napas panjang Andara sepertinya menarik perhatian Esqa. Pria Malaysia ini menawarkan diri untuk mendengarkan curahan hati Andara.

"Which problems ni? Love or mystery?".

Andara memanyunkan mulut.

Dua-duanya memang penting.

Tapi kali ini curhatan cintanya sepertinya lebih urgent.

Andara memberanikan diri untuk melucuti harga dirinya di hadapan Esqa.

Pria Malaysia itu tertawa terpingkal-pingkal. Ia tidak menyangka jika Andara bisa seceroboh itu.

"Anda tidak boleh mendapatkan cintanya kalau kamu kekok".

....

Andara tidak membalas kata-kata Esqa.

Ia tidak paham.

Maksud Esqa apa? Kekok? gumamnya bingung.

"Esqa... can we speak english aja?".

Esqa kembali tertawa terpingkal-pingkal. Wajah Andara yang kebingungan membuat pria itu tidak bisa menahan tawa.

"Apa yang kalian tertawakan?!" Hardik Miss Watanabe dari belakang.

Kisah cintanya dengan Shota yang penuh skandal telah membuat gadis itu lupa dengan keberadaan Miss Watanabe di kantor. Ia hampir lupa dengan misinya untuk menyingkap misteri kematian Maeda Megumi.

"Cepat print dokumen yang saya kirim! Bawa ke ruang rapat ya..." perintahnya dengan suara melengking.

Andara pun buru-buru memenuhi permintaan Miss Watanabe sebelum wanita tersebut mengamuk. Ia meminta bantuan Esqa untuk membawa beberapa bundel dokumen ke ruang rapat.

"Sekarang, saya faham why ibu memakai pakaian bagus" gumam Esqa sambil mencolek Andara. Pria itu memberi kode agar Andara menoleh ke belakang.

Entah jenis kesialan apa yang tengah menerpa Andara, saat ia menoleh ke belakang, roknya terinjak kaki Esqa. Tubuh gadis itu pun menerjang Sakamoto yang kebetulan tengah duduk di posisi paling pinggir. Pria berkacamata itu langsung jatuh terjengkang dari kursi.

Bagai efek domino, tiga orang yang tengah duduk di sebelah Sakamoto juga ikut-ikutan jatuh. Dalam sekejap suasana di dalam ruang meeting menjadi rusuh dan heboh. Teriakan Miss Watanabe dan beberapa staf perempuan menambah hiruk pikuk ruang meeting yang biasanya senyap itu.

Andara juga tertimpa kesialan. Saat jatuh, kepalanya tanpa sengaja membentur pinggiran meja yang keras.

"My sister....." jerit Esqa panik. Pria itu langsung menolong Andara yang terduduk lemas di lantai. "Are you ok?" ujarnya sambil mengecek dahi Andara yang memerah.

Dalam kondisi setengah sadar, Andara melihat sesosok gadis berambut panjang di bawah meja. Gadis itu tengah memeluk kaki Sakamoto yang jatuh terlentang di lantai ruang meeting.

Mata Andara terbelalak.

Siapa gadis itu, gumamnya penasaran.

Esqa buru-buru mengangkat Andara. Namun wajah biru gadis itu telah membuat Esqa penasaran.

"What's wrong with you?".

Andara berbisik pelan. Ia memberi tahu Esqa mengenai keberadaan sosok di bawah meja. Namun memberi tahu Esqa untuk menyimpan rahasia sama saja dengan menyuruh ayam untuk berhenti berkokok di pagi hari.

Pria Malaysia itu menjerit panik. Ia spontan kabur dari ruangan rapat sambil berteriak kencang. "Ghost... Obake... Ghost....".

Tentu saja kelakuan Esqa mengundang tanda tanya dari para peserta rapat. Hantu apa?

"Apa yang salah dengan dia?" tanya salah seorang staf.

Andara menggeleng. Ia juga bingung kenapa Esqa harus meninggalkan ruangan tersebut. Bukankah kalau kita sendirian, chance bertemu setan akan lebih besar? gumamnya heran.

Miss Watanabe bangkit dari kursinya. Wanita ramping dengan ukuran lingkar pinggang kurang dari 76 m itu mendekati Sakamoto dengan wajah panik. Seperti mendapatkan kesempatan emas, Miss Watanabe menyentuh Sakamoto dan membantunya bangun. Ia tersenyum licik hingga ujung bibirnya melancip. Wanita itu sengaja menggoyangkan pinggul agar Sakamoto dapat melihat lekuk tubuhnya dengan jelas. Ya, itu adalah lekuk tubuh yang terbentuk karena melakukan squat 100 kali per hari.

Andara mematung saat menyadari sorotan mata Shota yang duduk di area paling belakang. Pria itu memalingkan wajah sambil menyembunyikan senyum simpulnya.

Senyum itu? Senyum apa, gumam Andara panik.

Apa dia tersenyum gegara kebodohan gue barusan?

Pasti dia pikir, again? Again ini anak bocah bikin kasus?

Cintaku... semakin bertepuk sebelah tangan.....

Andara hanya bisa tertunduk malu sepanjang rapat berlangsung.

Lemas dan tidak bertenaga.

Itulah perasaannya. Kenapa susah sekali baginya untuk terlihat 'keren' di hadapan Shota?

Meskipun perasaannya kacau, Andara sempat bertanya-tanya juga di dalam hati.

Kenapa si miss kok ga ngomelin gue? Tumben amat... kan lakinya gue celakain.

Andara dapat melihat dengan jelas plester yang menempel di dahi Sakamoto. Luka itu didapat pria berkacamata itu saat jatuh dari kursinya. Well, lebih tepatnya jatuh karena didorong oleh gadis itu. Andara sendiri tidak menyangka jika dahi Sakamoto juga terantuk meja. Tapi ia kagum dengan kesigapan Miss Watanabe. Sang bos langsung mengeluarkan sebuah band-aid dari pouch biru yang harganya setara jatah makan mingguan Andara.

Tapi kenapa bisa ya, pikir gadis itu bingung. Ia mencoba merekonstruksi insiden barusan. Layaknya seorang detektif, Andara mulai menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Bukankah secara logika, dengan posisi jatuhnya, Sakamoto harusnya hanya terluka di bagian belakang tubuhnya?

Kapan dan bagaimana kepalanya bisa terjeduk?

Sampai rapat selesai, Andara tidak kunjung menemukan jawabannya. Analisanya gagal, mungkin ia memang tidak memiliki bakat sebagai detektif. Akibat kebanyakan berpikir, ia bahkan tidak mendengarkan penjelasan di ruang rapat. Gadis itu tidak tahu kenapa Miss Watanabe tiba-tiba menyebut nama Andara di akhir meeting.

Miss Watanabe lalu menyerahkan sebuah file berwarna biru ke tangan Andara. Ia kemudian mendekati telinga gadis itu dan membisikkan sesuatu kalimat rahasia.

"Good job... kamu sering-sering bikin insiden yang melibatkan Sakamoto ya... then I will be his heroine..." tawanya dengan suara yang menyayat. Bagi Andara, suara tawa Miss Watanabe hampir terdengar seperti suara kikikan kuntilanak. Bulu kuduknya berdiri. Tubuhnya tidak nyaman dengan cara Miss Watanabe tertawa.

Ya, itu sebelum Andara menyadari jika tawa itu sebenarnya bukan berasal dari bosnya. Di sebelah Andara berdiri sesosok perempuan berwajah pucat. Ia menatap Andara dengan tatapan bengis.

"Ma-Ma-eda?" ucap Andara terbata-bata.
Sosok itu nampak terkejut. Ia membelalakkan mata lalu hilang dari pandangan gadis itu.

Namun Andara tidak dapat melupakan reaksi Miss Watanabe saat mendengar nama yang terluncur dari mulutnya.

Wajah perempuan itu berubah pucat.
Ia berbalik badan dan meninggalkan ruang rapat secepat kilat. Andara terbengong-bengong. Kenapa Miss Watanabe memberikan file itu padanya tanpa penjelasan apapun?

Sosok itu hilang misterius. Andara tidak dapat menemukan jejaknya dimanapun. Ia begitu penasaran dengan sosok makhluk barusan.

Gadis itu membalik-balik halaman file yang dipegangnya. Urat matanya tiba-tiba lemas saat membaca tulisan kanji keriting di halaman muka.
"Ya elah ini tulisan apaaa cobaaa..." gerutunya.

"Pasti kamu tidak mendengarkan..." sahut seseorang dari belakang.

Mata Andara seketika berair. Ketampanan Shota membuat mata keringnya kembali lembab. Hari ini Shota terlihat manis dengan kemeja abu-abu dan dasi dengan warna senada.

Shota menyerahkan sebuah band-aid ke tangan Andara. Ia mengarahkan telunjuknya ke dahi gadis itu. "Itu tergores...".

Andara terkagum-kagum saat menerima band-aid tersebut. Ia jadi penasaran. Jangan-jangan setiap orang Jepang selalu menyimpan band-aid di kantung saku atau pouch personalnya? Sebelum ia lupa, Andara langsung memasukkan plester itu ke kantungnya. Benda penting pemberian Shota harus disimpan! Ya, Andara mengkategorikan barang-barang pemberian Shota seperti hartanya. Tanpa sepengetahuan pria itu, ia telah mengoleksi kantung-kantung kertas bahkan plastik pemberian Shota. Koleksinya itu disimpan manis di dalam sebuah kotak berwarna hijau yang ia beli di toko serba 100 yen.

Belum sempat Andara mengucapkan terima kasih, Sakamoto tiba-tiba menyelak. Ia memanggil Andara dengan suara lantang sehingga mengejutkan semua orang.

"Dara chan... kamu ada waktu untuk lunch bareng saya?".

Tak diduga Andara, Shota menjawab sahutan pria itu.

"You can't. Today her time is mine".

Reaksi Shota hampir membuat jantung Andara tercabut.

Doski... doski tadi bilang apa? Waktu gue punya dia? Oh My God..... pekik Andara dalam hati.

Pipi gadis itu sontak memerah. Apalagi ketika Shota mengucapkan kata-kata tersebut, aura Shota merajalela. Menembus batas. Bersinar terang benderang.

Tapi rasa Ge-er Andara langsung lenyap. Ia teringat dengan fakta bahwa Shota baru saja membantah atasannya! Bagaimana kalau Shota dipecat oleh Sakamoto? Bisa bubar dunianya kalau pria itu tidak lagi muncul di kantor. Bagaimana dia bisa bertahan hidup di kantor negara asing ini tanpa wajah indah dan sempurna Maruyama Shota?

Andara mencoba memberi kode kepada pria tampan itu. Tapi nampaknya kode yang diberikan Andara tidak cukup jelas. Shota tetap menatap Sakamoto dengan tatapan sinis dan dingin. Begitu pula sebaliknya. Sakamoto menatap Shota dengan pandangan penuh kebencian.

Sepertinya kedua pria tersebut memang tidak akur.

"Her time is yours?" tanya Sakamoto ulang.

Shota mengangguk. Ia terlihat semakin menantang Sakamoto.

Andara nyaris berhenti bernapas. Rasa senang bercampur khawatir datang secara bersamaan. Tak hanya mengkhawatirkan nasib Shota, ia juga cemas jika kejadian ini sampai ke telinga Miss Watanabe! Pasti perempuan itu akan mengulitinya hidup-hidup! Untung saja sang bos tidak ada di ruangan ini. Jika tidak, Andara yakin jika Miss Watanabe tidak akan berpikir dua kali untuk mengirimnya pulang ke Indonesia.

Wajah para staf lain terlihat membiru. Mereka nampak canggung dan tidak tahu harus berbuat apa. Raut wajah Shota dan Sakamoto sangat membuat siapapun merasa tidak nyaman.

Sial, sungguh sial, di saat genting seperti ini, perut Andara malah melilit.

Ia teringat dengan sarapan paginya yang minimalis ala anak-anak kos. Apalagi kalau bukan sebungkus indomie kualitas ekspor yang ia temukan di pasar bawah tanah Ameyakocho. Berhubung dirinya sedang PMS, Andara nekad menambahkan lima buah cabe merah yang dibelinya di pasar yang sama. Sepertinya, cabe-cabe centil itu kini tengah beraksi dengan heboh di dalam ususnya.

"Let's ask her" tanya Sakamoto dengan aksen inggrisnya yang seksi.

Shota melirik ke arah Andara. Wajahnya seakan meminta jawaban sesegera mungkin. Andara membisu. Ia bukannya tidak mau menjawab tapi lebih tepatnya ia tidak bisa menjawab. Perutnya terlalu sakit. Gadis itu mulai khawatir. Jangan-jangan... ia harus mengikuti panggilan alam?!

Tidakkkkk.............. bagaimana ini....., jeritnya dalam hati.

Andara buru-buru membalikkan badan. Ia berlari keluar ruangan meeting secepat mungkin. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ia harus kabur ke toilet secepatnya.

Kekhawatiran Andara terjadi. Alih-alih membiarkannya pergi, Shota dan Sakamoto malah berlomba mengejarnya. Langkah kaki mereka bersaing. Kedua pria itu tidak memberikan kesempatan bagi Andara untuk melarikan diri.

Gadis itu berlari ke arah tangga darurat dan menuruni anak tangga dengan kecepatan kilat. Namun, tentu saja langkahnya kalah cepat. Seperti kata pepatah, jangan pernah mengajari buaya berenang! Situasi itulah yang kini terjadi pada Andara.

Mencoba melarikan diri dari dua wakil kantor yang sudah tiga tahun ini menjuarai posisi-posisi teratas dalam lomba lari Hakone Run Fes sama saja dengan bunuh diri.

Dalam sekejap, kedua pria itu berhasil mengepung Andara. Gadis itu tersudut di anak tangga ke-enam dari atas.

"Kenapa kamu lari?" tanya Shota terengah-engah.

Sakamoto menimpali, "Dara chan, bukankah kamu sudah berjanji akan membantuku?".

Wajah Dara bertambah pucat. Ia berusaha mendorong dua pria itu sekuat tenaga.
Ga... ga... wat! Perutnya sudah tidak bisa diajak kerjasama.

"Jawab, Dara...".

"Dara chan...".

Suara kedua laki-laki itu bak meneror kesadaran Andara.

Mata gadis itu mulai memutih.

Keringat dinginnya bercucuran.

Dan akhirnya,

"Tutttt.....".

"Tutt.... "

"Tuttt....".

Andara yakin seyakin-yakinnya, setelah ini kedua pria ini akan menyesali ulah agresif mereka.

Perpaduan kuah indomie, cabe merah dari Thailand serta saos sambal belibis itu telah menghasilkan kombinasi aroma gas yang luar biasa spektakular.

Andara tidak lagi bisa mengelak. Area tangga darurat tersebut telah menjadi saksi bisu dari peliknya kisah cinta segitiga antara dirinya, Shota dan Sakamoto.

Ya, tidak hanya mengingat aroma semerbak yang menguasai seluruh sirkulasi ruangan, kedua pria idola di kantor ST Technology itu pasti tidak akan pernah melupakan suara kehidupan yang keluar dari tubuh Andara.

Suara kentut yang telah menghancurkan harga diri dan kesempatannya untuk mengupgrade status kejombloannya.

Sayonara, cinta.

~(T_________T)~

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top